Yao menyelesaikan balapan dengan waktu tercepat satu jam 20 menit 17 detik, disusul oleh Hongfeng Li dengan selisih waktu empat menit 39 detik di tempat kedua.
Sementara itu, tempat ketiga direbut oleh pebalap cantik Thailand Natalie Panyawan (+5menit 54 detik).
"Trek ini relatif mudah daripada trek lain yang pernah saya coba," kata Yao usai perlombaan.
Selain itu para pebalap China telah tiba di Subang tiga hari sebelum perlombaan sehingga bisa melakukan porsi latihan yang lumayan banyak, kata Yao.
Pada awal balapan, Yao dan Li sempat saling tempel dan tidak terlampau jauh jaraknya.
Namun, Yao yang memiliki tinggi badan 180 cm tersebut mampu melesat meninggalkan rekan satu negaranya, dan lawan-lawan yang lain.
"Di lap-lap akhir, saya membalap dengan stabil hingga garis finis," kata Yao.
Pelatih tim China Baosheng Chen mengatakan bahwa setelah Asian Games 2018, pebalap putri China memiliki target untuk bisa lolos kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Sementara itu dua pebalap sepeda putri Indonesia yang ikut turun di disiplin cross-country putri, Rohidah dan Noviana gagal naik podium.
Rohidah finis di urutan tujuh dengan waktu satu jam 36 menit 40 detik, sementara Noviana tertinggal satu lap.
"Lawannya berat, apalagi ini pertama kali saya turun di cross country," ungkap Rohidah.
Rohidah, yang biasanya turun di nomor road race, mengakui trek Khe Bun Hill untuk nomor cross country tidak lah mudah karena memiliki variasi turunan, tanjakan yang banyak dan menuntut ketrampilan tinggi.
"Terutama saya yang paling ketinggalan itu di skill. Skill benar-benar kurang, jadi ini masih terus belajar," kata Rohidah.
Di disiplin cross country putra, Indonesia akan menurunkan Rafika Mokhamad Farisi dan Chandra Rafsanzani.
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment