Pages

Thursday, August 30, 2018

OSC Mendekatkan Cita-cita Jadi Arsitek Hunian Ramah Gempa

Jakarta:   Menjadi arsitek hunian ramah gempa, dan ramah masyarakat kalangan ekonomi bawah, merupakan impian dan cita-cita Tsalsa Arbadiennaya, 20 tahun.  Lolos Online Scholarship Competition (OSC), dan mendapat beasiswa di program studi (prodi) Teknik Arsitektur, Universitas Mercu Buana semakin mendekatkan gadis kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat ini pada cita-cita mulia itu.

"Saya melihat di kampung halaman saya, masyarakat membangun rumah seadanya, biaya yang terbatas membuat pembangunan hunian di sana dibangun seadanya.  Padahal wilayah kami salah satu daerah rawan bencana.  Akibatnya saat gempa kemarin, bangunan rumah di sana mudah ambruk," kata Tsalsa salah satu penerima beasiswa OSC 2016, saat ditemui usai Peluncuran Program Beasiswa OSC 2018, di Resto GiOI Jakarta, Kamis, 30 Agustus 2018.

Melihat rumah masyarakat Lombok yang sebagian besar tinggal puing, pasca gempa berkekuatan 7.0 SR mengguncang Lombok, semakin kuat mendorong Tsalsa untuk mendalami desain-desain bangunan ramah gempa dan ramah di "kantong" tersebut. "Kampung saya itulah yang kemudian menginspirasi agar saya lebih serius belajar, untuk mendalami materi desain-desain hunian minimalis, ramah terhadap gempa, namun minim biaya,"ungkapnya.

Berawal dari informasi yang disampaikan seorang teman, tentang program beasiswa OSC Medcom.id, membuat Tsalsa tertantang untuk mendaftar OSC pada 2016 lalu.  "Saya mendaftar tepat di detik-detik terakhir jelang masa pendaftaran OSC 2016 ditutup," ujarnya.

Namun siapa sangka, sejak itu, jalan mendapat beasiswa OSC di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) idamannya berjalan mulus.  Pada tahap pertama, Tsalsa berhasil menyingkirkan puluhan ribu pendaftar yang datang dari seluruh Indonesia.

Baca: Beasiswa OSC Lebarkan Sayap ke Indonesia Timur di 2019

Awalnya Tsalsa mengaku tidak percaya diri, mengingat persaingan begitu ketat.  Selain soal ujian yang sulit, ia pun harus menyingkirkan tidak kurang dari 40 ribu peserta OSC lainnya.

"Apalagi saya dari daerah, banyak peserta lain yang datang dari kota besar. Tapi ternyata OSC memberikan kesempatan yang sama untuk semua peserta dari seluruh Indonesia," jelas mahasiswi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,73 ini.

Soal-soal yang diujikan di tahap pertama pun, kata Tsalsa, sangat sulit.  Meski begitu, ia mampu menembus seleksi tahap pertama, kemudian maju ke tahap berikutnya bersama sekitar ribuan peserta yang lolos lainnya.

Lolos seleksi di tahap pertama membuat Tsalsa harus menyiapkan sejumlah berkas seperti lembar nilai rapor, ijazah, dan dokumen lain yang diperlukan bahan seleksi pihak pemberi beasiswa.  Ia pun harus berangkat ke Jakarta, mengikuti tes tulis tahap selanjutnya yang digelar secara offline.

Kendala biaya tiket pesawat, dan akomodasi yang tidak sedikit sempat pula menjadi persoalan.  Lalu ia mendiskusikan hal tersebut dengan kedua orang tuanya.  "Akhirnya, dengan menggunakan tabungan orang tua, Tsalsa memutuskan untuk berangkat ke Jakarta," ujar Tsalsa.

Motivasi mendapat beasiswa penuh (bebas uang gedung dan biaya kuliah selama 4 tahun) dari Mercu Buana, dan harapan dapat meringankan beban orang tua ini, membuat tekadnya semakin bulat.  Terlebih lagi, orang tua Tsalsa yang sehari-hari merupakan pengrajin hiasan berbahan kulit kerang ini tengah menanggung biaya kuliah ketiga kakaknya kala itu.

"Saya bungsu empat bersaudara, ketiga kakak saya juga kuliah, jadi beasiswa dari Mercu Buana yang dijembatani OSC Medcom.id ini sungguh berarti, karena telah meringankan beban orang
tua saya," terangnya.

Setibanya di Jakarta, Tsalsa mengikuti tes tahap berikutnya, yaitu ujian tulis offline.  Hasil ujian tersebut kemudian diumumkan tepat di malam Awarding Night, yang diselenggarakan pada Desember 2016.   Awarding Night, menjadi momentum yang paling mendebarkan bagi Tsalsa.

"Di malam itu, saya masih sempat pesimistis.  Sampai saya bilang ke Mama saya, kalau sepertinya saya tidak mungkin lolos.  Tapi ternyata berkat doa Mama, nama saya disebut sebagai salah satu dari 20 penerima beasiswa OSC di Mercu Buana. Saya gembira bukan main," seru gadis berambut panjang ini.

Kini Tsalsa masih menjadi mahasiswa semester 5 di Teknik Aristektur Mercu Buana.  Ia selalu merasa bersyukur dan beruntung menjadi bagian dari penerima beasiswa OSC. 

Untuk diketahui, OSC adalah Kompetisi beasiswa online pertama di Indonesia yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh portal berita dan video Medcom.id.   Beasiswa OSC ke-4 yang diluncurkan pada 30 Agustus 2018 ini hadir untuk memberikan kemudahan bagi putra putri Indonesia, agar dapat melanjutkan pendidikan hingga S1, dengan menggunakan beasiswa yang diberikan PTS yang bekerja sama dengan OSC.

Dengan OSC peserta tidak lagi perlu datang ke kampus, atau universitas untuk mendaftarkan diri dan mengikuti tes secara langsung.  Dengan sistem online, OSC mempersingkat dan mempermudah keseluruhan proses, mulai dari pendaftaran, hingga tes tahap awal dilakukan melalui sistem online.

Sebanyak 360 kuota beasiswa senilai Rp30 miliar, dari 18 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) favorit di Jawa hingga Sulawesi siap diperebutkan dalam program Online Scholarship Competition (OSC) 2018.  Pendaftaran melalui situs osc.medcom.id dibuka hari ini, Kamis, 30 Agustus 2018.

(CEU)

Let's block ads! (Why?)

http://news.metrotvnews.com/peristiwa/wkBQ6Deb-osc-mendekatkan-cita-cita-jadi-arsitek-hunian-ramah-gempa

No comments:

Post a Comment