Direktur Pusat Teknologi Material BPPT Mahendra Anggaravidya di Jakarta, Jumat, mengatakan Pusat Teknologi Material membuat inovasi rumah ini dengan konstruksi dan materialnya ramah terhadap gempa.
Posisi rumah ini, ia menjelaskan disambung dalam ikatan yang utuh, jadi ketika terkena beban gempa, sambungan tersebut tidak tercerai berai, atau tidak terjadi roboh.
"Bahannya sandwich panel buatan BPPT yang bermitra dengan industri lokal. Dalam hal ini BPPT berperan dalam memformulasikan bahan komposit, lalu menyusun desain dan diproduksi massal oleh industri lokal, jadi hampir 80 persen TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri)," ujarnya.
Dari uji simulasi beban gempa menunjukkan, setelah simulasi percepatan 2,28 G dalam frekuensi 0,1-10 Hz dengan metode spectrum serta kombinasi beban mati, hidup dan angin, dan hasil simulasi dan analisis struktur menggunakan SAP2000, menunjukkan struktur tetap aman dengan kombinasi frame dan sandwich, ujarnya
Meski ini sifatnya simulasi, BPPT tengah membuat permodelan bertipe 21 dan 36 rencananya untuk dibawa ke Lombok. Pembangunan rumah komposit ini membutuhkan waktu satu minggu per unit, lanjut Mahendra.
"Rumah ini disusun per panel, kalaupun roboh tidak mencelakai penghuni. Karena material ringan yang terbuat dari komposit sandwich, kalaupun ada yang jatuh menimpa berat panel hanya dua kilogram (kg) saja jadi tidak begitu berbahaya," katanya.
Menurut Mahendra, satu unit rumah dirinci olehnya, membutuhkan anggaran sekitar Rp40 jutaan untuk rumah komposit tipe 21. Sedangkan untuk tipe 36 akan menghabiskan dana Rp70 jutaan per unitnya.
"Selain kedua tipe tersebut, kami juga bisa membuat ukuran yang disesuaikan dengan biaya per meter dua jutaan rupiah. Bisa untuk ukuran besar untuk pembuatan fasilitas umum seperti Puskesmas atau tempat ibadah," urainya.
Intinya, kata Mahendra, pihaknya yakin bahwa rumah komposit ini harusnya dapat menjadi model untuk diterapkan di wilayah rawan gempa.
"Rumah komposit inovasi BPPT ini patut diperbanyak di wilayah rawan gempa di seluruh Indonesia," lanjutnya.
Unit rumah komposit inovasi BPPT ini sudah dipasang di Pemkot Bogor, di Kelurahan Pasir Jaya. Sebagai mitra adalah BPBD Kota Bogor yang memiliki wilayah tanggap bencana dalam bentuk hunian sementara, yakni dua unit rumah tipe 3 x 4 dan 5 x 6 meter.
Saat ini rumah tersebut masih kokoh dan difungsikan sebagai fasilitas umum oleh pemerintah setempat, ujar Mahendra.
Baca juga: BNPB: 32.129 rumah rusak di Lombok sudah diverifikasi
Baca juga: ITB tawarkan konsep desa tahan gempa Lombok
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment